Sebutlah Danu, seorang teman di masa SMP dulu yang lama sudah tidak bertemu tiba tiba menghubungi saya untuk ketemuan beberapa waktu lalu.
Saya memang masih ada beberapa contact teman teman lama, namun si Danu ini memang sebelumnya tidak pernah kontak sama sekali.
Dalam hati cukup bertanya tanya, kira-kira kenapa ya tiba tiba dirinya mau ketemu dengan saya?. Hari yang di sepakati pun tiba, sebentar basa basi kemudain saya baru tahu bahwa saya tengah di prospek untuk beli atau menjadi member salah satu produk MLM yang diikutinya, hmm… Saya tertegun, Danu yang dulu saya kenal cukup biasa biasa saja namun sekarang menjadi sangat agresif dan pintar bicara.
Lepas dari pertemuan itu kemudian saya di hubungi berkali kali oleh danu, dan berkali kali pula saya mencoba menolak dengan halus apa yang ditawarkannya. Penasaran dengan apa yang terjadi saya coba contact beberapa teman teman lain yang juga mengenal Danu, dan ternyata mereka pun mengalami hal yang kurang lebih sama dengan yang saya alami, yaitu prospek terus pantang mundur…., seperti orang yang sedang mengejar hutang.
Beberapa teman akhirnya berusaha menjauh, tidak lagi mengangkat telpon dari Danu bahkan ada juga yang mengganti nomer hpnya, kesan yang kami terima menjadi buruk dan Danu Pun di jauhi teman-temannya dari hal hal tersebut muncullah gosip gosip dan pembicaraan diantara teman teman kami mengenai danu yang sudah “keracunan”jualan MLM tersebut, “duh… Gila tuh Danu, sampai stress tuh dia mau sukses nawar-nawarin produk XXX ” ucap salah seorang teman pada waktu itu.
Mungkin anda pernah mengalami hal yang sama dengan saya, entah bahkan mungkin juga Anda pernah menjadi Danu pada beberapa waktu yang lalu. Namun demikian apa yang terjadi pada Danu merupakan salah satu sisi negatif produk MLM. Demi sebuah kesuksesan yang di janji janjikan sang upline atau mentor suksesnya orang rela tercuci otaknya dan menjadi orang yang berbeda, baik sikapnya, dan kehidupannya demi mencapai kesuksesan yang di janjikan, tak perduli mengorbankan hubungan dengan orang lain, teman teman, bahkan keluarganya. mereka menjadi hanya merasa nyaman dan serasa menjadi orang yang baik hanya ketika sedang berkumpul dengan sesama teman teman MLM nya.
Case lain yang mungkin agak-agak mirip dengan hal diatas adalah agen Asuransi, tidak sedikit pula para agen Asuransi dalam memprospek nasabahnya berakhir dengan contoh sales MLM diatas.dengan dalih ingin membantu kehidupan calon nasabah, atau memberikan keuntungan lebih calon nasabah para agen asuransi cenderung tidak memberi “jeda ” kepada calon nasabahnya sampai SPAJ atau apapun namanya di tanda tangani oleh calon nasabah.
Pertanyaannya kemudian, apa yang salah dari hal-hal tersebut diatas? Saya ingin mengatakan bahwa mungkin saya tidak berhak untuk menilai bahwa apa yang dilakukan oleh kawan saya Danu diatas ataupun fenomena agen agen asuransi yang berperilaku seperti Danu benar atau salah, karena bagi beberapa praktisi MLM dan para agen Asuransi mungkin saja perihal yang terjadi diatas merupakan hal yang biasa. dan patut kita akui juga memang benar mereka ada banyak yang sukses walaupun menjual produknya dengan seperti itu dan tetap merasakan kebahagiaan.
Tapi percayakah Anda bahwa saya juga pernah beberapa kali menemukan para agen MLM dan praktisi asuransi yang cukup sukses sama sekali tidak melakukan hal hal yang dilakukan oleh kawan saya Danu tersebut, Mereka memiliki kemampuan “Membujuk” Pelanggan tanpa pelanggan merasa “Dipaksa”, menjadikan pelanggan “Butuh” tanpa harus “disuruh-suruh” apalagi merasa tidak nyaman. So…, apa yang salah sebenarnya ?.
Saya melakukan riset kecil-kecilan mengenai hal ini, dan ternyata ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh para Salesperson yang bergerak di bidang MLM ataupun Asuransi bagaimana dan apa yang harus dikethui Salesperson agar dapat memprospek tanpa pelanggan merasa di “Teror”..
Beberapa poin tersebut diantaranya :
1. Kenali Produk Anda, Perusahaan Anda,dan Merk Anda, secara utuh
Apa maksudnya?, maksudnya adalah ketika kita berniat menjual produk tersebut, kenalilah segala sesuatunya dengan utuh, artinya adalah begini, Anda harus bisa membedakan antara mengenal dengan baik dan mengenal dengan utuh, mengenal dengan baik biasanya hanya mengenal yang baik-baiknya saja tetapi yang kurang baiknya / kelemahannya kurang di kuasai, bisnisnya juga kurang di kuasai begitupun bisa jadi merknya kurang di pahami.
Mengapa ini menjadi penting? karena jika Anda mengetahui benar-benar Produk, perusahaan, cara kerja bisnis, serta merk anda secara utuh kemampuan Anda dalam melakukan pemenuhan kebutuhan konsumen akan lebih lengkap ketika melakukan prospekting, dan ini akan lebih mengena dan efektif caranya untuk mendapatkan closing penjualan,
2 hal yang membuat banyak calon pelanggan menjadi merasa terganggu adalah yang pertama karena merasa dikejar-kejar untuk di tawarkan sesuatu yang benar-benar mereka merasa tidak butuhkan padahal bukan karena memang mereka tidak butuh, tetapi karena si Salesmannya yang tidak bisa mengkoneksikan produknya dengan kebutuhannya.dan yang kedua adalah cara penggalian kebutuhan yang salah, sehingga si pelanggan merasa terganggu dan terkesan “dipaksa” oleh si Salesman tersebut.
hal inilah yang membuat banyak perusahaan-perusahaan Asuransi yang bagus sangat aktif dan serius menangani Training-training program untuk para agennya.
2. Kenali Bisnisnya secara utuh.
Sebelum Anda terjun langsung ke Bisnis MLM ataipun Asuransi misalnya, saya sarankan Anda untuk benar-benar mengenali bisnis tersebut dan tau persis bagaimana Bisnis ini berjalan, sebagai contoh ketika memilih Bisnis MLM, bisnis MLM yang baik adalah bisnis yang memiliki ciri-ciri diantaranya dimana si penjual atau distributor atau agen adalah juga pemakai Produk, Bisnis MLM yang kuat, dan bertahan lama selalu menjual produk yang memang habis dipakai dalam kurun waktu tertentu, memerlukan pembelian yang berulang-ulang, dan juga biasanya memiliki kualitas yang memang bagus dan tidak ada di pasaran. hal ini biasanya terjadi karena produk produk MLM kebanyakan Produk yang masih memiliki patent terbatas jadi tidak ada atau belum ada pabrikan besar yang menjualnya.
Dengan mengenali bisnisnya secara utuh Anda kan lebih melihat dan mengukur kemampuan diri Anda sendiri dan tahu bagaimana melakukan strategi-streteginya. Jangan mudah terjebak dengan rayuan-rayuan yang mengatakan akan untung besar, komisi besar dengan cepat, cepat kaya, dsb yang justru menyesatkan Anda, ingat… bisnis yang baik adalah bisnis yang bisa berlangsung jangka panjang, rasional dan dapat di pertanggung jawabkan.
Dengan memahami Bisnis Anda dengan benar-benar utuh, Anda juga tidak akan menyesatkan calon prospek Anda, atau calon pelanggan Anda di kemudian hari.
3. Hati-Hati dengan Prinsip Duplikasi
Prinsip Duplikasi tanpa disadari sebenarnya banyak dianut di semua bidang Sales, Prinsip Duplikasi Pelanggan maksudnya adalah kecenderungan seorang atasan /manager, Upline atau apapun namanya yaitu orang yang di atas kita cenderung mendidik bawahannya bahwa cara sukses yang telah dirinya jalani harus di terapkan juga kepada anak buahnya/downlinenya.
Ini hal yang sangat natural di bidang Sales apalagi di bidang MLM dan Asuransi. tidak ada yang salah memang karena biasanya si manager memiliki kemampuan terbatas dalam melakukan “Coach” terhadap teamnya.sehingga bahan melatih teamnya praktis hanya bersumber kepada pengalaman dirinya atau pengalaman mentor suksesnya.
Namun demikian Anda harus hati-hati dalam hal ini, dikarenakan tidak semua gaya dan prinsip duplikasi bisa di terapkan kepada semua orang atau bawahan, jika cocok tidak masalah, namun jika tidak cocok bisa berbahaya, dan kemudian terjadilah apa yang terjadi seperti Danu diatas. dan kembali lagi yang akan dirugikan adalah tetap calon pelanggan Anda.
4. Kenali dengan baik pelanggan Anda
Hal selanjutnya yang perlu di ketahui adalah mengenali dangan baik pelanggan kita, kenali dengan baik maksudnya adalah bagaimana Anda dapat membaca tipe-tpe pelanggan Anda sehingga bisa melakukan pendekatan yang pas. pendekatan-pendekatan seperti DISC, dan pendekatan lainnya mungkin bisa anda jadikan referensi untuk di pelajari agar kita bisa menempatkan diri dalam berhadapan dengan pelanggan.
Seringkali para pelanggan merasa diteror oleh Salesman karena pendekatan yang salah atau tidak cocok dengan gaya komunikasi pelanggan, ada tipe orang yang memang secara verbal dapat di yakinkan, namun ada pula yang harus secara visual, atau ada juga yang harus dilakukan pendekatan dengan memberikan contoh-contoh nyata.
Mengenali latar belakang gaya berfikir pelanggan pun menjadi penting, hal ini akan membuat empati kita bekerja dan tau kapan melakukan strategi push dan pull terhadap pelanggan.
Demikian sedikit Tips untuk Anda para Salesman untuk tidak seakan-akan meneror pelanggan Anda ketika melakukan prospekting’
Happy Selling………….